WE ARE TIRED WAITING

Kami lelah menanti – Cindy Jacob
“Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang
besar; mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah
bersinar.” – Yesaya 9:2
Ketika saya berpikir tentang cerita-cerita yang mengisi halaman Alkitab, saya menyadari sesuatu yang sama daripadanya – menanti.
- Abraham dan Sara menantikan keturunan mereka yang dijanjikan. Bangsa Israel menantikan pembebasan dari perbudakan.
- Daud menantikan waktunya menjadi raja.
- Yesus menantikan untuk menyingkapkan diriNya sebagai Anak Allah.
- Paulus menanti waktunya untuk menginjil. Yohanes menanti selama waktunya dalam pengasingan.
Menanti, menanti, dan terus menanti – biasanya setelah pertemuan luar
biasa dengan Tuhan dan janji yang mengubahkan hidup yang dibuat
oleh-Nya.
Buku-buku nubuatan dari Perjanjian Lama secara khusus diisi dengan
kerinduan akan Mesias, Dia yang akan datang dan membuat segalanya
menjadi baik. Pria dan wanita yang meninggal tanpa melihat pemenuhan
janji tersebut, meskipun oleh belas kasihan Allah, dengan kedatangan
Yesus yang pertama ke dunia memulai masa yang lain…yaitu penantian.
Kita
sedang menantikan-Nya untuk kembali dan mendamaikan segala sesuatu
dengan diriNya sekali dan untuk semuanya.
Pada suatu waktu, semua penantian ini tampaknya sangat melelahkan,
mungkin malah mengecewakan. Kita hidup di dunia yang tidak ingin
menunggu untuk apapun, namun ini adalah aspek penting dari bagaimana
Tuhan membentuk hati kita.
Salah satu alasan kita berjuang dalam penantian adalah karena, dari
perspektif (sudut pandang) kita, tidak ada yang terjadi. Kita hanya
tetap bertahan, dan kita tidak mengerti mengapa hal ini mungkin
diperlukan atau berguna. Tetapi menanti tidak harus menjadi sebuah
pengalaman pasif; seharusnya menjadi yang aktif, penuh dengan
maksud/intensi dan tujuan.
Sangat penting untuk mendengarkan Roh Kudus dan mendengar apa yang
Dia katakan tentang waktu jeda yang anda temui dalam hidup anda. Bisa
jadi sebelum Dia mengubahmu ke hidup yang baru, Ia memintamu untuk
menggunakan waktu jeda itu untuk sesuatu yang khusus: istirahat,
keluarga, pembelajaran, pembentukan karakter, dll.
Ini sebuah kesempatan
untuk memprioritaskan hubungan denganNya, bukan hanya hal-hal yang anda
lakukan untukNya atau jawaban-jawaban yang anda harapkan dari-Nya.
Secara pribadi, saya pernah ada dalam apa yang rasanya seperti musim
penantian yang sangat panjang. Saya melampiaskan sedikit tentang hal ini
kepada Tuhan baru-baru ini, dan saya berkata, “Apa yang Tuhan bahkan
ingin saya lakukan sekarang ini? Saya tahu saya tidak seharusnya hanya
diam, tidak berbuat apa-apa!”
Saya merasakan Roh Kudus menanamkan kesan kata-kata ini dalam hati saya: Ganti suasana. Ganti suasana penantianmu.
Ketika saya merenungkan hal ini, mulai terungkap di dalam roh saya.
Masa penantian saya yang khusus ini disebabkan oleh beberapa kekecewaan,
kehilangan, transisi besar, dan bahkan hubungan yang rusak. Ketika saya
membawa hal-hal ini kepada Tuhan dalam doa, menunggu jawaban atau
langkah berikutnya atau apapun yang ingin Dia katakan, dari kesedihan
dan frustasi. Ini tidak salah – siklus kesedihan dan pemrosesan emosi
adalah penting, tetapi ini tidak bisa bertahan selamanya.
Saya tahu
bahwa Tuhan meminta saya untuk mulai dengan sengaja bergeser dari
suasana sedih ke suasana yang penuh dengan harapan.
Saya tidak tahu apa yang sedang hati anda harapkan atau apa suasana
yang sedang anda hadapi. Mungkin bahkan kebalikan dari apa yang saya
alami, dan anda benar-benar perlu untuk mengizinkan dalam diri anda
ruang untuk bersedih.
Mungkin suasana anda telah terganggu, dan Roh
Kudus memanggil anda ke tempat yang tenang. Anda tidak dapat
mengendalikan keadaan atau memaksa waktu Tuhan, tetapi anda dapat
memanfaatkan suasana sekitar hati dan pikiran anda.
Menurut tradisi, minggu-minggu menjelang Natal adalah masa Advent –
waktu menanti dan refleksi, waktu untuk menyatakan kerinduan dari doa
yang belum terjawab, waktu untuk focus pada janji-janji Allah.
Bagi
banyak orang, hari-hari ini digunakan untuk doa pada kekacauan dan
kepedihan dunia, bertobat dari cara hidup kita yang tidak sempurna
yang berkontribusi pada kerusakan di sekitar kita, dan diatas itu semua,
untuk fokus pada janji Juruselamat yang akan kembali untuk mendamaikan
semuanya.
Kata-kata yang indah ini yang saya baca baru-baru ini menangkap inti dari masa ini:
Kita menunggu dan mengantisipasi perubahan itu, tetapi tidak dengan
keras hati ataupun pasif, yang gelisah. Kita tidak bekerja dalam
isolasi yang dibuat oleh diri kita sendiri atau bermalas-malasan sampai
akhir. Tantangannya adalah untuk percaya pada keterlibatan Allah dengan
kita sekarang…
Sesuatu akan terjadi dan Allah mengajak kita sekarang ini
juga untuk bekerjasama dalam perubahan dunia ini, pembangunan kerajaan
terjadi…
Ketika kita berharap pada Tuhan untuk menyelesaikan pekerjaan
yang dimulai di dalam Yesus, kita tidak hanya berharap hidup kita akan
sampai pada hari-hari yang lebih baik datang.
Kita berada di hari-hari
penziarahan bersekutu dengan Allah. Kesukaan bercampur dengan dukacita.
Iman dan ketakutan berpegangan. Terang bersinar dalam kegelapan. Sesuatu
akan terjadi, dan kita tidak tahu waktu dan tanggal.
Jika anda sedang menanti jawaban doa atau mimpi menjadi kenyataan,
jika anda begitu frustasi akan perubahan sesuatu, saya ingin mendorong
anda supaya tidak tawar hati. Kita tidak tahu kapan Tuhan akan bergerak,
tetapi kita dapat percaya bahwa Dia akan.
Biarkan suasana dari
penantian anda bergeser dari tempat frustasi dan patah semangat ke
tempat penuh harapan. Tuhan sedang mengajak anda masuk ke dalam
hari-hari bersekutu denganNya, dan Dia tidak akan meninggalkan anda.
Dalam waktu-Nya yang sempurna, terang akan menembus kegelapan dan
kejelasan akan datang.

Sumber: berjagajaga.wordpress.com