SOAL GEMPA MENTAWAI, BNPB SEBUT PENGETAHUAN EVAKUASI MASYARAKAT MASIH TERBATAS
![]() |
Warga Kota Padang, Sumatera Barat, ramai-ramai mengungsi ke tempat yang lebih tinggi sesaat setelah gempa mengguncang. |
Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) menyoroti perilaku masyarakat dalam
mengungsi sehubungan dengan gempa bumi yang melanda kawasan Kepulauan
Mentawai, Provinsi Sumatera Barat, pada Rabu (02/03) malam.
Menurut
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, di
beberapa daerah khususnya di Kota Padang terjadi kemacetan karena
masyarakat mengungsi dengan kendaraan bermotor.
“Adanya kepanikan
masyarakat dan kemacetan lalu lintas di masyarakat saat evakuasi adalah
manusiawi,” sebut Sutopo dalam keterangannya, seraya merujuk pada
gempa yang terjadi pada pukul 19.49 WIB itu.
Meski demikian,
lanjut Sutopo, tindakan masyarakat yang masih memaksa untuk melakukan
evakuasi dengan kendaraan tanpa mempedulikan kemungkinan terjadinya
kemacetan, dapat menyebabkan terlambatnya evakuasi.
![]() |
Kemacetan terjadi di Kota Padang lantaran sebagian besar warga memilih mengungsi menggunakan kendaraan bermoto |
Dia lalu mencontohkan beberapa kasus di Padang dan
Banda Aceh, ketika masyarakat cenderung menuju dataran tinggi yang
lokasinya bisa mencapai 1,5 km dibandingkan menggunakan bangunan
evakuasi vertikal yang jaraknya hanya beberapa meter dari tempat
tinggalnya.
Contoh-contoh kasus itu dikuatkan penelitian yang
dilakukan Unsyiah dan JICA pada 2012 terhadap perilaku masyarakat dalam
melakukan evakuasi saat menerima peringatan dini tsunami.
Dalam
penelitian itu diketahui 75% masyarakat mengungsi menggunakan kendaraan
bermotor dan sebanyak 78% pengungsi terjebak dalam kemacetan sekitar 20
menit.
Hal ini, kata dia, sangat dipengaruhi oleh pengalaman, pengetahuan, dan pendidikan dan latihan yang dimiliki masyarakat.
Gempa yang melanda perairan di kawasan Kepulauan Mentawai berkekuatan 7,8 pada skala Richter dan bisa dirasakan di beberapa tempat di Sumatera. |
“Sebagian besar masyarakat yang melakukan evakuasi,
tindakannya lebih didasari pada apa yang pernah dialaminya, pengetahuan
yang masih terbatas, dan pendidikan dan pelatihan yang juga terbatas.
Masih terdapat masyarakat yang merasa perlu mendapatkan kepastian gejala
tsunami dengan pergi ke pesisir untuk melihat air surut,” kata dia
mengacu pada gempa yang sempat disebut BMKG berpotensi menimbulkan
tsunami.
Untuk itu, Sutopo mengimbau masyarakat di daerah rawan bencana untuk berpartisipasi dalam latihan bencana.
Mengungsi ke tempat tinggi
Kepada BBC Indonesia, beberapa saat setelah gempa mengguncang,
Zulharman, seorang warga Siberut di Kepulauan Mentawai, mengaku mengungsi ke dataran tinggi.
"Gempa
terasa lebih dari dari lima menit, saat ini sebagian warga masih ada
yang mengungsi ke dataran yang lebih tinggi,” ujarnya.
Marjina,
warga di Sikakap, kepada kantor berita Associated Press mengatakan bahwa
gempa terasa tak begitu kuat, namun peringatan tsunami sempat membuat
warga desa panik dan mereka menuju ke tempat-tempat yang lebih tinggi.
Di Padang, Sumatera Barat, gempa juga membuat warga ke luar rumah untuk mencari perlindungan.
Sumber :bbcindonesia.com