AKSI MAHASISWA PAPUA DI BUNDARAN HI DIWARNAI GAS AIR MATA
![]() |
Kelompok pertama mahasiswa Papua yang berdemonstrasi di sisi timur Bundaran HI, Jakarta. |
Demonstrasi puluhan mahasiswa Papua di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, diwarnai penembakan gas air mata oleh aparat.
Aksi yang menuntut agar rakyat Papua diberikan
hak menentukan nasib sendiri itu semula berjalan damai, walau puluhan polisi bersenjata lengkap tampak berjaga-jaga di sekeliling pengunjuk rasa.
Namun,
ketika kelompok mahasiswa Papua sedang berorasi di sisi timur Bundaran
HI, tiba-tiba letusan terdengar dari sisi selatan Bundaran dan gas air
mata menyeruak.
Lalu lintas kendaraan sontak berhenti dan puluhan
anggota Brimob tampak mengejar kelompok kedua pengunjuk rasa asal Papua. Kami menyaksikan dua di antara demonstran dipukuli sejumlah
aparat dan ditarik menjauh dari kerumunan.
Beberapa perwira menyeru agar
demonstran tidak dipukuli, namun beberapa pukulan tetap mendarat di
tubuh pengunjuk rasa.
Kepala Biro Operasi Polda Metro Jaya Kombes Martuani Sormin mengatakan penembakan gas air mata sudah sesuai prosedur pengamanan.
“Mereka
menghadang arus jalan dan sesuai prosedur penanganan unjuk rasa,
penggunaan gas air mata diperkenankan,” kata Martuani.
Lagipula, lanjut Martuani, kelompok demonstran tidak punya izin menyuarakan pendapat di muka umum.
![]() |
Aksi mahasiswa Papua mendapat penjagaan ketat polisi. |
Pernyataan itu dibantah Jeffry Wenda, Ketua Umum
Aliansi Mahasiswa Papua. Menurutnya, dia telah mengirim surat
pemberitahuan tiga hari sebelum aksi.
“Aparat hanya ingin
menghalangi aksi kami. Soal tudingan bahwa kami sengaja menghadang arus
lalu lintas, itu upaya aparat untuk mengkriminalisasi kami,” kata
Jeffry.
Tuntutan agar rakyat Papua diberikan hak menentukan nasib sendiri
beberapa kali disuarakan aktivis Papua di Jakarta bertepatan pada 1 Desember, yang dianggap sebagai hari kemerdekaan Papua.
Pada
1 Mei 1963, Irian Barat menjadi bagian Indonesia. UNTEA (United Nations
Temporary Executive Administration) menyerahkan Irian Barat kepada
Indonesia dengan catatan tahun 1969 harus diadakan pungutan suara
pendapat rakyat.
Ketika Penentuan Pendapat Rakyat Irian Jaya
(Pepera) digelar pada 1969, rakyat di Irian Barat tetap ingin bergabung
dengan Republik Indonesia. Namun, kesahihan hasil Pepera hingga kini
masih diperdebatkan sejumlah kalangan.
Sumber: bbc.com