Belajar
mengasihi memang bukanlah pekerjaan mudah. Tapi juga
bukan pekerjaan sulit. Sebab, mengasihi berarti melakukan
sesuatu dengan kerelaan yang sungguh.
Kita kerap mendengar bahwa orang
Kristen harus bertindak berdasarkan kasih. Namun, kerap pula kita tahu
banyak orang Kristen yang bertindak seenaknya dan sembarangan.
Dalam komitmen kita
mungkin pernah mencuat pernyataan bahwa hati kita sangat mengasihi
seseorang, apakah itu pacar, orang tua, anak, atau teman.
Tetapi,
seiring berjalannya waktu, perasaan dan komitmen tersebut bisa berubah.
Seringkali kita mendengar yang terjadi di kemudian hari adalah
pengkhianatan belaka. Ini tentu sangat bertolak belakang dengan
pernyataan kita sebelumnya.
Banyak yang dapat kita
lihat dari perkataan dan perbuatan Kristus sebagai pelajaran tentang
kasih yang tulus. Seperti yang diperupamakannya melalui perbuatan orang
Samaria yang menolong orang yang terluka karena dirampok. Juga, saat ini
mengatakan bahwa kita harus mengasihi musuh kita. Bahkan, ketika Ia
dengan rela mengorbankan nyawanya untuk keselamatan kita. Ketulusan
kasih Kristus sungguh nyata dan kekal.
Sebagai manusia biasa
kita memang tidak bisa melakukan hal yang sama persis dengan yang
dilakukan Yesus Kristus. Tetapi, kita dapat menjadikan apa yang
dilakukan Kristus sebagai model, sehingga segala perkataan dan tindakan
kita tidak menyimpang. Kesempurnaan dan ketulusan kasih kita kepadaNya
dan sesama hendaknya kian hari bertumbuh dan kuat. Kita harus terus
belajar memahami pelbagai tindakan dan perkataanNya. Dengan demikian,
prinsip kasih tersebut dapat menjadi berkat bagi orang lain.
Memang kasih yang
ditunjukkan Kristus sungguh dahsyat, tak mungkin ada manusia mampu
melakukan seperti itu. Tetapi, sebagai orang percaya, kita tahu pasti
bahwa Allah sendiri yang menyempurnakan segala sesuatu perbuatan kita
yang dilakukan dengan tulus. Untuk itu, tetaplah teguh dan bertindak
dalam kasih Kristus, sehingga segala sesuatunya berkenan dihadapan
Allah.
|