Melangkah Maju dengan Iman, Bukan dengan Perasaan
Bacaan Hari ini:
Mazmur 126: 5-6 “Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai. Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya.”
Anda harus menanam dengan iman, bukan dengan perasaan.
Apakah menurut Anda setiap hari petani bersemangat untuk bangun pagi untuk pergi bekerja di ladangnya? Tidak. Itu disebut kerja keras! Jika petani mengolah tanamannya hanya saat ia ingin mengerjakannya, tentunya tak banyak yang bisa ia selesaikan. Mereka bisa jadi sedang tidak ingin bangun pagi. Mereka bisa jadi sedang tidak ingin pergi menabur, menanam atau membersihkan rumput liar. Tapi bagaimanapun juga, ia tetap melakukannya.
Izinkan saya membuat sedikit pengakuan: Kadang saya enggan bermanis-manis dengan orang lain. Saya benci mengakui hal ini! Tapi terkadang saya juga berkeluh kesah. Adakalanya saya cuma mau berkata, "Jangan ganggu saya!” Saya tidak selalu ingin bersikap baik. Saya tidak selalu ingin bermurah hati. Saya tidak selalu ingin memberi orang lain harapan.
Akan tetapi, saya tahu saya tidak boleh hidup dengan mengikuti perasaan. Saya harus hidup dengan iman. Kadang saya menanam ketika saya lelah. Kadang saya menanam ketika saya merasa stres. Kadang saya menanam ketika pikiran saya kusut, atau dalam duka mendalam. Saya melangkah maju dengan iman, bukan dengan perasaan, sambil berharap Tuhan akan bertindak.
Ketika kami mendekati hari peringatan setahun kematian anak kami, saya merasa benar-benar tidak ingin pergi ke gereja. Waktu itu harinya berdekatan dengan hari Paskah, dan saya merasa lebih senang memperingati hari Kebangkitan Kristus di rumah saja dengan istri saya, Tuhan saya, dan anak-anak saya untuk melewati hari itu.
Saya menangis sepanjang minggu itu, dan saya mengimani Mazmur 126: 5-6 sebagai sebuah janji: “Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai. Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya.”
Anda tahu? Saya tetap pergi ke gereja, dan seraya saya menabur di 14 tahun pelayanan Paskah, Tuhan memberi saya panen melalui 2.604 orang yang datang kepada Kristus. Siapa yang menabur dengan air mata, akan menuai dengan sukacita. Semua orang itu akan berada di surga karena saya tidak melakukannya dengan kehendak saya sendiri, tetapi saya melakukannya dengan iman.
Terkadang Tuhan memanggil Anda untuk membuat Anda melakukan sebuah pengorbanan - dengan uang Anda, dengan waktu Anda, bakat Anda, dan bahkan mungkin dengan kehidupan Anda. Anda mungkin ingin sekali berkata, "Saya sedang tidak ingin melakukannya." Tetapi ketahuilah jika Anda menuruti kehendak Anda, Anda akan kehilangan berkat yang Tuhan ingin curahkan lewat Anda.
Renungkan hal ini:
- Apakah Anda menjalani sebagian besar hidup Anda dengan menuruti perasaan Anda?
Menurut Anda mengapa itu terlihat sangat mudah melakukannya?
- Bagi Anda, seperti apakah yang dimaksud “hidup dengan iman?” Apa yang akan berubah
dalam hidup Anda?
- Saat ini, pengorbanan apa yang Tuhan minta untuk Anda buat yang akan mengharuskan
Anda untuk menabur dengan iman?
Menaburlah dengan iman, bukan dengan perasaan Anda.
(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)
Gambar : google.com
Posting Komentar untuk "Melangkah Maju dengan Iman, Bukan dengan Perasaan"