ORANG ARAB LEBIH BENCI IRAN DAN ISIS DARIPADA ISRAEL
![]() |
Menteri Infrastruktur Israel, Uzi Landau ketika menghadiri sebuah konferensi yang diselenggarakan oleh International Renewable Energy Agency (IRENA), di Abu Dhabi (Foto: vosisneiaz.com) |
YERUSALEM - Israel dalam
beberapa pekan ke depan akan membuka perwakilan misi diplomatiknya di
Abu Dhabi. Ini merupakan langkah besar bagi Israel. Untuk pertama
kalinya negara itu memiliki kehadiran resmi di Uni Emirat Arab (UEA).
Hal tersebut juga merupakan bukti pergeseran realitas di Timur Tengah
yang kemungkinan akan membawa pengaruh positif bagi hubungan Israel
dengan negara-negara Teluk dan dunia Arab keseluruhan.
Perwakilan diplomatik Israel di UEA memang secara formal tidak
mengubah status hubungan kedua negara. UEA masih tetap belum mengakui
Israel sebagai negara.
Perwakilan Diplomatik Israel yang akan dibuka itu
bukan dalam kapasitas sebagai perwakilan diplomatik penuh, melainkan
melalui kehadiran diplomat-diplomat Israel di International Renewable
Energy Agency (IRENA), sebuah organisasi antarpemerintah yang dibentuk
untuk memajukan penggunaaan energi terbarukan.
Sampai sejauh ini hanya
Israel yang menggunakan kehadiran diplomatiknya di UEA melalui lembaga
ini. Jadi bermiripan dengan Iran yang mempunyai perwakilan di PBB di New
York, yang menggunakannya juga sebagai perwakilan diplomatiknya di AS.
Kendati demikian, adanya perwakilan diplomatik Israel di UEA tetap merupakan sebuah langkah penting. Media Israel seperti Haaretz dan Jerusalem Post
melaporkan, Israel secara serius telah mempersiapkan hal ini, melalui
lobi-lobi dan kunjungan rahasia ke UEA.
Bahkan keputusan Israel
mendukung UEA sebagai tuan rumah IRENA pada 2009, dikabarkan merupakan
upaya negara tersebut untuk memiliki kehadiran diplomatik di UEA.
Lalu apa yang menyebabkan Israel dan UEA semakin mesra?
Salah satu faktor yang menentukan dalam hal ini adalah sebuah
persamaan baru di antara Israel dan negara-negara Arab Sunni, terkait
dengan oposisi mereka terhadap kesepakatan nuklir Iran dan negara-negara
maju. Selama bertahun-tahun negosiasi, menurut salah seorang diplomat
Israel, telah tercipta hubungan personal yang baik di antara diplomat
kedua negara.
Salah satu hal menarik dari kenyataan hubungan antara Israel dan
negara-negara Arab adalah semakin positifnya citra Israel di mata warga
Arab. Memang masih ada sikap curiga terhadap negara Yahudi itu. Namun,
bila dibanding dengan Iran bahkan dengan kelompok ekstremis Negara Islam
Irak dan Suriah (ISIS), Israel masih dipandang lebih baik.
Sebagai contoh, sebuah jajak pendapat yang dilakukan oleh lembaga
penelitian perguruan tinggi Israel kepada warga Arab Saudi, menunjukkan
53 persen penduduk menganggap Iran sebagai musuh utama, sedangkan 22
persen menyebut ISIS. Hanya 18 persen yang menyebut Israel sebagai musuh
utama.
Jajak pendapat yang dilakukan oleh Interdisciplinary Center (IDC) di
Herzliya itu juga memaparkan mayoritas warga Arab Saudi mengatakan
negaranya harus memiliki senjata nuklir jika Iran menciptakan bom atom.
Sebanyak 85 persen responden juga mendukung Inisiatif Perdamaian Arab
yang diprakarsai oleh Arab Saudi, yang menyerukan perdamaian dengan
Israel sebagai imbalan dari penarikan pasukan Israel secara penuh dari
perbatasan yang ditetapkan sebelum 1967.
Hasil jajak pendapat ini merupakan indikasi signifikan dari adanya
persamaan pandangan antara Arab Saudi dengan Israel, terutama setelah PM
Israel, Benjamin Netanyahu, sangat vokal menyuarakan penentangan
terhadap kesepakatan nuklir Iran.
"Kita selama ini mengasumsikan mengetahui apa yang ada di pikiran
rakyat Iran, Gaza dan Arab Saudi, tetapi antara menebak dan fakta
empiris adalah dua hal berbeda. Tidak ada selama ini yang berpikir bahwa
Iran lebih menakutkan mereka ketimbang ISIS mapun Israel," kata Alex
Mintz, kepala Institute for Polocy and Strategy di IDC.
"Apa yang kita pikirkan di sini, di Israel, tidak sepenuhnya tepat dengan yang sesungguhnya (di Arab)," kata dia.
"Ada banyak kepentingan dan ancaman serta agenda... sebagian (rakyat
Arab Saudi) bahkan ingin negaranya bersahabat dengan Israel," kata
Mintz.
Kendati demikian, beberapa diplomat Israel mengatakan tidak perlu
terlalu membesar-besarkan pembukaan kantor diplomatik Israel di UEA. Ini
dipandang baru "setengah langkah menuju pintu."
Sumber: satu harapan.com