GARAM LOKAL BERSIH TETAPI TIDAK DISUKAI INDUSTRI

Menteri Perikanan Kelautan Pudji Astuti saat panen garam di Pamekasan
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengaku kagum dengan
produksi garam di Madura yang bersih dan bagus. Namun, dia heran karena
banyak perusahaan di Indonesia yang enggan menggunakan garam rakyat.
"Seharusnya industri di Indonesia sudah menggunakan garam lokal karena saya lihat garamnya bagus dan bersih," ungkapnya saat bertemu dengan ratusan petani garam di Desa Majungan, Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan, Jumat (11/9/2015).
Susi mengaku, dia membeli satu kemasan garam mandi impor seharga Rp 100.000. Menurut Susi, jika garam lokal diolah lebih baik untuk kebutuhan industri, maka harganya bisa lebih tinggi dari harga saat ini.
Untuk menuju ke arah itu, Susi menyebutkan sebaiknya ada uji laboratorium independen. Uji lab itu tidak hanya dilakukan di Indonesia, tetapi juga harus dikomparasikan dengan uji lab lain.
"Nanti akan kami uji lab ke Singapura atau kalau perlu kita bawa ke Eropa. Sebab uji lab di Indonesia bisa berubah karena ada pengaruh lain," ungkapnya.
Susi mengatakan, hal ini semata-mata dilakukan untuk memperjuangkan hak petani garam. Menurut dia, sangat tidak pantas jika sehari-hari petani berjemur di lahan garam namun kemudian harganya anjlok.
"Seharusnya industri di Indonesia sudah menggunakan garam lokal karena saya lihat garamnya bagus dan bersih," ungkapnya saat bertemu dengan ratusan petani garam di Desa Majungan, Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan, Jumat (11/9/2015).
Susi mengaku, dia membeli satu kemasan garam mandi impor seharga Rp 100.000. Menurut Susi, jika garam lokal diolah lebih baik untuk kebutuhan industri, maka harganya bisa lebih tinggi dari harga saat ini.
Untuk menuju ke arah itu, Susi menyebutkan sebaiknya ada uji laboratorium independen. Uji lab itu tidak hanya dilakukan di Indonesia, tetapi juga harus dikomparasikan dengan uji lab lain.
"Nanti akan kami uji lab ke Singapura atau kalau perlu kita bawa ke Eropa. Sebab uji lab di Indonesia bisa berubah karena ada pengaruh lain," ungkapnya.
Susi mengatakan, hal ini semata-mata dilakukan untuk memperjuangkan hak petani garam. Menurut dia, sangat tidak pantas jika sehari-hari petani berjemur di lahan garam namun kemudian harganya anjlok.
Sumber: kompas.com