Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

CERITA TENTANG AHOK DAN PARA PENANTANGNYA MENUJU PILGUB DKI 2017

Foto: Ilustrasi oleh Mindra Purnomo
Jakarta - Keriuhan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta sudah terjadi sejak setahun terakhir. Padahal tahapannya baru dimulai bulan Juli lalu. Basuki 'Ahok' Tjahaja Purnama yang masih menjabat gubernur DKI Jakarta sedari awal sudah bertekad kembali maju Pilgub.
Setelah itu kemudian muncul nama Yusril Ihza Mahendra, Sandiaga Uno, Adhyaksa Dault, Ahmad Dani, politisi Gerindra M Taufik dan mantan Pandam Jaya Sjafrie Sjamsoeddin.

Mendekati waktu pendaftaran bakal cagub-cawagub, satu persatu nama yang awalnya bertekad melawan Ahok tak terdengar
kabarnya. Tersisa nama Ahok, Sandiaga Uno dan Tri Rismaharini (Risma) yang disebut bakal maju Pilgub DKI 2017.

Bagaimana perjalanan Ahok dan para kandidat gubernur Jakarta itu?

Niat Ahok maju Pilgub DKI 2017 mendapat dukungan dari relawan. Relawan yang menamakan diri 'Teman Ahok' itu mulai menggalang dukungan pertengahan tahun 2015.

Saat itu mereka mengunggah video berdurasi 2 menit 47 detik yang berisi ajakan mengumpulkan fotokopi KTP untuk Ahok maju Pilgub DKI melalui jalur independen.

Teman Ahok membuka posko-posko untuk menggalang fotokopi dukungan KTP. Posko tersebar mulai pelosok kampung sampai pusat-
pusat perbelanjaan. Hasilnya hingga akhir Juli lalu lebih dari satu juta foto kopi KTP berhasil dikumpulkan oleh Teman
Ahok.

Modal Ahok untuk maju Pilgub DKI dari jalur independen pun sudah lebih dari cukup. Untuk diketahui syarat maju Pilgub DKI dari jalur independen adalah 532.000 foto kopi dukungan KTP.

Meski mendapat dukungan lebih dari satu juta fotokopi KTP, Ahok memilih maju lewat jalur partai politik. Dia mendapatkan dukungan dari Partai Golkar, Hanura dan NasDem.

Selain Ahok, ada Sandiaga Uno yang dipastikan diusung oleh Partai Gerindra sebagai cagub DKI. Hanya saja Gerindra harus menggalang koalisi dengan partai lain untuk mengusung calon di Pilgub DKI. Hal ini akan mempengaruhi posisi Sandi, tetap sebagai cagub atau cawagub.

Awal pekan ini Gerindra bersama PDIP, PAN, PKS, Demokrat, PPP dan Golkar membentuk Koalisi Kekeluargaan untuk melawan Ahok. Koalisi belum menyepakati nama bakal cagub yang akan diusung. Namun kuat desakan agar koalisi mengajukan Tri Rismaharini (Risma) yang kader PDIP menjadi cagub.

Terpilihnya Sandiaga menjadi bakal cagub DKI dari Gerindra menyingkirkan nama Yusril Ihza Mahendra dan Sjafrie Sjamsoeddin. Padahal dari hasil survei sejumlah lembaga, elektabilitas Yusril lebih moncer dibandingkan Sandiaga dan Sjafrie.

Dalam survei yang dirilis SMRC 21 Juli, elektabilitas Yusril 17,7 persen, sementara Ahok yang berada satu tingkat di atasnya mengantongi 54,8 persen.

Dengan fakta tersebut, Yusril sesumbar hanya dia yang mendekati elektabilitas cagub DKI incumbent Ahok. "Semua lembaga survei hasilnya seperti itu, hanya jarak perdebatan dengan Ahok berbeda-beda. Saya pegang ini hasil survei yang ke-11, hasilnya selalu sama. Jadi suka nggak suka dengan saya, tetap posisi saya kedua," kata Yusril ketika itu.

Namun elektabilitas itu tak akan ada artinya jika Yusril tak punya kendaraan politik menuju Pilgub DKI. Yusril sempat mendaftarkan diri maju Pilgub DKI lewat PDIP. Sayang hingga kini PDIP belum memutuskan nama yang akan mereka usung di Pilgub DKI.

Nama lainnya adalah Sjafrie Sjamsoeddin yang pada Selasa (5/7/2016) bulan lalu mendeklarasikan diri siap maju Pilgub DKI di kediamannya Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Usai menyatakan kesiapannya bertarung di Pilgub DKI, Sjafrie 'blusukan' ke sejumlah kampung di Jakarta.

Sjafrie sempat digadang menjadi bakal calon gubernur dari Partai Gerindra. Namun akhirnya Gerindra memilih Sandiaga sebagai salah satu lawan Ahok.

Pendaftaran bakal cagub dan cawagub DKI baru dibuka pada 19 September-21 September 2016 nanti. Selama belum didaftarkan ke KPU, nama-nama pasangan bakal cagub-cawagub masih bisa berubah. 




Sumber: detik.com