MANTAN PESENAM CERITAKAN PENTINGNYA TUNTUNAN TUHAN
![]() |
| Shawn Johnson dalam sebuah sesi wawancara. (Foto: cbsnews.com) |
Setiap manusia
membutuhkan bimbingan dan arahan dari Tuhan menjelang momen penting
dalam hidupnya, karena bimbingan Tuhan akan menghasilkan karunia dan
berkat yang berkelimpahan.
Kegagalan bertubi-tubi biasanya membuat seseorang tidak percaya diri
sehingga mudah depresi.
Hal tersebut dialami mantan pesenam artistik
putri Amerika Serikat (AS), Shawn Johnson, yang mengisahkan kembali
tentang motivasi diri, seperti yang dia ceritakan di Christian Post, hari Senin (19/7), walau dia tidak membela negaranya di Olimpiade 2012.
Johnson menuturkan dia sempat tidak percaya diri ketika mendapati
lutut kirinya bermasalah. Lutut kiri Johnson bermasalah sejak 2010,
setelah mengalami cedera saat bermain ski. Pada pertengahan 2010, dengan
penuh percaya diri dia mengumumkan akan masuk kembali untuk membela tim
senam AS di Olimpiade 2012. Namun, beberapa bulan sebelum Olimpiade
2012 dimulai, dia memutuskan pensiun, karena lutut kirinya kembali
bermasalah.
Empat tahun sebelumnya, di Olimpiade 2008 di Beijing, dia meraih medali perak bagi Negeri Paman Sam.
Johnson mengenang kembali beberapa saat setelah menerima pengalungan
medali, banyak orang memeluk dia. “Saya ingat saya hanya meminta
maaf karena belum bisa memberi yang terbaik,” kata Johnson.
![]() |
| Shawn Johnson, saat berlaga di Olimpiade 2008 di Beijing. (Foto: celebnetwealth.com). |
Dalam final nomor senam artistik pada Olimpiade 2008, dia meraih
medali perak, sementara emas diraih rekan senegaranya, Nastia Liukin.
“Saya hanya memeluk Nastia saja setelah pengalungan medali, tidak berani menatap papan skor. Hati saya hancur,” kata dia.
“Jika saya gagal menjadi pesenam, sepertinya saya bisa gagal menjadi manusia,” dia menambahkan.
Masalah lain dihadapi Johnson saat dia berpartisipasi di salah satu reality show (program realita) di stasiun televisi ABC, Dancing With The Stars.
Dia mengaku mendapat banyak kritik karena berat badan Johnson tidak ideal untuk acara tersebut.
Johnson sempat frustrasi karena gagal saat berusaha menurunkan berat badan, dengan menghabiskan 40 jam latihan. “Kritik tentang berat badan itu sangat mempengaruhi penampilan, kepribadian, dan karakter saya,” kata dia.
Johnson merasa frustrasi karena kritik tersebut dia anggap tidak
adil. Dia berpendapat seharusnya banyak orang berempati dan bersimpati
apabila mengalami kesulitan seperti yang dia alami.
“Saya berjuang untuk mendapat tempat tersebut tidak dengan mudah,” kata dia.
Pengalaman berhadapan dengan kegagalan dan ketidakadilan tersebut
pada kenyataannya tidak membuatnya menyerah. Dia justru merasa ada
dorongan motivasi percaya diri, yang tidak datang dari orang di
sekelilingnya, namun Tuhan Yesus sendiri yang memanggil Johnson.
“Saya merasakan Tuhan mengatakan sesuatu kepada saya, Tuhan
memerintahkan saya untuk menyerahkan kekhawatiran itu kepada-Nya, dan
saya hanya perlu menjalani saja,” kata Johnson.
“Saat itu, saya merasa Tuhan benar-benar mengangkat beban psikologis dari bahu saya,” dia mengenang.
Johnson menambahkan seruan dan bisikan dari Tuhan menunjukkan bahwa
beban cedera maupun berat badan merupakan masalah yang kecil bagi Tuhan
Yesus.
“Yesus mengorbankan hidupnya di kayu salib, dan itu adalah pengorbanan terbesar yang lebih besar dari cedera saya,” kata dia.
Ia mengatakan medali yang dia raih di Olimpiade penting, namun bagi
dia, kuasa dan tuntunan Yesus Kristus jauh lebih bernilai dari sekeping
medali.
“Dia (Yesus Kristus, Red) akan selalu menjadi hadiah terbesar, dan
penghargaan yang paling membanggakan bagi saya,” kata Johnson.
Johnson menambahkan, kegagalan untuk dapat melampaui prestasi Nastia Liukin di Olimpiade 2008 bukan kegagalan untuk selamanya.
Sumber: satuharapan.com



