Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pemerintah utamakan dialog untuk bebaskan WNI dari sandera Abu Sayyaf

Pemerintah Indonesia berupaya bebaskan WNI yang merupakan kru kapal Tunda dan Tongkang (Foto: Ilustrasi kapal tunda).

Pemerintah mengatakan masih terus berupaya untuk membebaskan 10 WNI yang disandera kelompok militan Filipina, Abu Sayyaf, jelas Menteri Luar Negeri Retno Marsudi kepada BBC Indonesia.

Dalam keterangan melalui pesan pendek Menlu Retno Marsudi mengatakan masih terus berkomunikasi dan koordinasi dengan pihak terkait.

"Kita terus bekerja dan intensifkan semua komunikasi dan koordinasi," jelas Retno. Tetapi dia menolak untuk mengungkapkan secara detail bagaimana proses upaya pembebasan WNI itu.

Pekan lalu, Menlu Retno berada di Filipina untuk berbicara mengenai pembebasan 10 WNI yang merupakan kru dua kapal yaitu tunda Brahma 12 dan kapal tongkang Anand 12, yang dibajak kelompok yang mengaku Abu Sayyaf di Filipina.

Sementara itu Presiden Jokowi mengatakan pemerintah mengutamakan opsi dialog dalam pembebasan 10 WNI tersebut.

"Opsi dialog tetap didahulukan untuk menyelamatkan yang disandera," jelas Presiden di Gelora Bung Karno, Minggu (03/04). Presiden mengatakan telah mengutus Menlu untuk berbicara dengan pemerintah Filipina dalam membebaskan para sandera, karena kejadian penahanan WNI berada di wilayah Filipina.

"Sehingga tidak bisa kita masuk seenaknya. Tidak bisa," kata Presiden, "Tapi untuk masuk ke wilayah negara lain harus ada izin, dan memang kemarin dilaporkan dari menteri luar negeri yang juga selalu saya kontak, harus ada izinnya dari parlemen. Nah ini yang masih belum".
 
Pemerintah telah menyiapkan pasukan reaksi cepat di perbatasan RI dengan Filipina di Tarakan, Kalimantan Utara.
Meski demikian, pemerintah telah menyiapkan pasukan reaksi cepat di perbatasan RI dengan Filipina di Tarakan, Kalimantan Utara.

Meski lebih mengutamakan opsi dialog, pemerintah telah menyiapkan pasukan reaksi cepat di Tarakan, Kalimantan Utara. Bahkan Presiden mengatakan bahwa dirinya terus memantau persiapan pasukan reaksi cepat ini.

Empat warga Malaysia disandera

Kelompok militan Abu Sayyaf diduga menyandera empat kru sebuah kapal tunda yang merupakan warga Malaysia di pesisir pantai bagian timur Sabah, satu pekan setelah sebuah kapal Taiwan diserang di bagian selatan Filipina, seperti dilaporkan Reuters.
Kelompok Abu Sayyaf sering melakukan pemerasan, pemenggalan, pengeboman dan penculikan
Menurut pemberitaan media Filipina Daily Inquirer, mengutip keterangan seorang militer yang tidak disebutkan namanya, bahwa tiga orang kru lain ditinggalkan begitu saja.

Laki-laki bersenjata, yang diduga merupakan kelompok Abu Sayyaf, juga mengambil laptop, telepon selular dan sejumlah uang. Kapal itu kemudian kembali ke Sabah Malaysia setelah pria bersenjata itu pergi meninggalkan mereka.

Kelompok Abu Sayyaf, diketahui seringkali melakukan penculikan, pemenggalan, pengeboman dan pemerasan, meminta uang tebusan sebagai syarat pembebasan kru kapal asal Indonesia sebesar 50 juta Peso Filipina atau sekitar Rp15 miliar.

Abu Sayyaf merupakan jaringan al-Qaeda di Asia Tenggara ini merupakan kelompok yang paling militan di negara mayoritas Kristen Filipina.




Sumber: bbc.com