NATAL DI NEGARA ISLAM.. DARI PELARANGAN HINGGA BAGI KADO
![]() |
Suasana Natal di Kairo - Mesir |
Di
Arab Saudi, misalnya, umat Kristiani tidak bisa bebas merayakan Natal.
Walaupun ada hampir 1 juta umat Kristiani di sana, pemerintah memiliki
larangan untuk merayakan Natal di tempat umum. Di saat yang sama,
pemerintah Arab Saudi tidak memiliki larangan yang tegas terkait
perayaan Natal di kediaman pribadi.
Meskipun begitu, di beberapa area, umat Kristiani masih dapat
melakukan perayaan Natal dengan melakukan semacam pendekatan dengan
pejabat setempat. Tetapi, secara umum perayaan Natal di Arab Saudi
seringkali disamarkan sebagai perayaan liburan biasa di dalam rumah
pribadi.
Berbeda dengan Arab Saudi, perayaan Natal di Uni Emirat
Arab (UEA) justru dapat dikatakan cukup meriah meskipun mayoritas
penduduknya adalah Muslim. Umat Kristiani di UEA dapat merayakan Natal
bersama dengan keluaga, teman, serta dikelilingi dengan dekorasi Natal
di rumah, pohon Natal, kue-kue, dan lain sebagainya.
Tempat-tempat umum seperti toko, mal, hingga hotel juga bebas untuk
memasang dekorasi Natal. Di Dubai bahkan ada festival dalam menyambut
Natal bernama Festival Natal Dubai.
Pada 2010, salah satu hotel di Abu
Dhabi bahkan memajang pohon Natal termahal di dunia seharga 11 juta
dolar AS. Pohon Natal ini berhiaskan emas, batu delima, berlian, dan
batu-batu berharga lainnya.
Tak jauh berbeda dengan UEA, Umat
Kristiani di Maroko juga tak mengalami kendala dalam merayakan Natal.
Terlebih dengan bertumbuhnya pariwisata bagi orang asing di Maroko,
perayaan Natal juga menjadi satu hal yang juga dikomersialkan untuk
menarik hari turis mancanegara.
Dekorasi dan juga lagu-lagu Natal akan cukup mudah ditemui di
toko-toko hingga hotel. Uniknya, di kota Marrakech, umat Kristiani
memiliki desain pohon Natal yang berbeda. Di Marrakech, umat Kristiani
menggunakan pohon Natal berwarna Oranye.
Meski 70 persen dari
total penduduk Bahrain adalah Islam, perayaan Natal tetap dilaksanakan
dengan baik karena pemerintahan melindungi kebebasan beragama. Banyak
Muslim di Bahrain yang juga menikmati suasana kemeriahan Natal di
negaranya.
Meski perayaan Natal tak semeriah perayaan hari besar Islam, ada
banyak pohon Natal terpajang, kue-kue khas Natal, hingga Sinterklas dan elf yang bernyanyi di tempat umum di Bahrain. Sekolah-sekolah asing juga diliburkan selama masa Natal.
Di
Afghanistan yang 99 persen penduduknya adalah Muslim, tidak ada hari
libur saat Natal. Meski begitu, umat Kristiani masih bisa merayakan
Natal dengan cukup baik di sini. Para tentara Inggris dan Amerika yang
sedang bertugas di Afghanistan biasanya merayakan Natal dengan kado-kado
yang dikirimkan dari kampung halaman mereka.
Mereka juga memasak kalkun panggang sebagai menu perayaan dan juga mengadakan acara amal dengan mengadakan fun run, demikian laporan Pacificworld.
Sumber: republika.co.id