PINJAMAN BANK CHINA US$ 3M HABIS SEKEJAP OLEH 3M HABIS SEKEJAP OLEH 3 BUMN
![]() |
(kiri-kanan) Dirut Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin, Dirut BRI Asmawi Syam, Deputi Bidang Usaha Jasa Keuangan, Jasa Survei dan Konsultan Kementerian BUMN Gatot Trihargo, serta Dirut BNI Achmad Baiquni mendengarkan pertanyaan anggota Komisi VI DPR dalam rapat dengar pendapat di Komplek Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (1/3). (Antara Foto/Puspa Perwitasari) |
Jakarta, Tiga bank pelat merah telah menghabiskan dana hasil
pinjaman dari China Development Bank (CDB) senilai total US$3 miliar,
yang sebagian besar untuk restrukturisasi utang-utang korporasi.
Adalah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk perseroan yang pada September tahun lalu disuntik pinjaman oleh CDB, masing-masing senilai US$ 1 miliar dengan tenor 10 tahun.
Direktur Utama BNI, Achmad Baiquni mengatakan penyaluran dana
pinjaman dilakukan dalam waktu yang relatif singkat karena banyaknya
nasabah potensial yang membutuhkan restrukturisasi utang.
Restrukturisasi utang dimungkinkan karena klausul peminjaman
memperbolehkan hal tersebut.
"Kami sudah salurkan seluruhnya US$1 miliar, dan yang kami lakukan adalah refinancing. Jadi dalam waktu singkat penerapannya bisa maksimal," jelas Achmad Baiquni di hadapan Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Senin (14/3).
Lebih lanjut, ia menyebutkan sebanyak US$442,3 juta atau 44,2 persen dari dana pinjaman bank China itu disalurkan untuk sektor manufaktur. Sementara itu, 38,3 persen dana pinjaman untuk BNI disalurkan untuk sektor listrik, gas, dan air bersih.
Namun, Achmad mengatakan pinjaman-pinjaman ini disalurkan dalam denominasi rupiah kepada nasabah karena BNI tidak memiliki dolar AS yang cukup ketika penyaluran berlangsung. Kendati demikian, ia menjamin jika dikonversi nilai kredit yang disalurkan tetap senilai US$1 miliar.
"Pada waktu masa peminjaman, nasabah kami membutuhkan dolar AS, namun pada saat itu dolar AS kami tidak memadai sehingga kami konversi terlebih dahulu," tuturnya.
Dalam dokumen pemaparan BNI di Komisi XI DPR terungkap, dana
pinjaman US$1 miliar dari CDB disalurkan BNI kepada 26 nasabah, di mana
PT Petrokimia Gresik megambil porsi terbanyak dengan plafon pinjaman
mencapai Rp3,16 triliun atau sebesar US$237,42 juta. Selain itu, PT PLN
(Persero) juga tercatat menerima pinjaman dari BNI senilai Rp2,55
triliun atau setara dengan US$187,19 juta.
Dari dana pinjaman CDB yang dikonversi ke rupiah menjadi Rp13,35 triliun itu, BNI baru merealisasikan penyaluran baki debit (outstanding) sebesar Rp3,72 triliun atau sebesar 27,86 persen dari jumlah tersebut. Sementara itu, sebanyak sembilan nasabah belum menarik pinjaman kendati telah dipilih oleh BNI untuk menggunakan dana tersebut.
Ke-sembilan perusahaan tersebut adalah PT Semen Indonesia Tbk, PT PANN Pembiayaan Maritim (Persero), PT Sinar Tambang Arthalestari, Wintermare Offshore Marine, Citra Citi Pacific, PT Kartanegara Energi Perkasa, PT Rayon Utama Makmur, PT Lontar Papyrus Pulp and Paper, dan Total Prima Makmur.
Kondisi sebaliknya dilakukan oleh BRI. Berdasarkan catatan yang
diperoleh CNN Indonesia, bank tersebut telah menyalurkan seluruh
pinjaman sebesar US$ 1 miliar dan telah diserap semuanya oleh sembilan
nasabahnya yang terdiri dari PT Poso Energy Satu Pamona, PT Bosowa
Energi, PT Kertanegara Energi Perkasa, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk,
PT Pindo Deli, PT Indah Kiat, PT Semen Bosowa, PT Tangki Merak, dan PT
Sugar Labinta.
Dari seluruh perusahaan tersebut, PT Pindo Deli menerima pinjaman terbesar dari BRI yakni senilai US$221 juta, disusul kemudian oleh Krakatau Steel sebesar US$110 juta.
Lain halnya dengan Bank Mandiri. Bank berlogo pita kuning tersebut
tercatat telah menyalurkan dana pinjaman CDB kepada 12 nasabah yang
kebanyakan disalurkan bagi sektor minyak dan gas dengan total pinjaman
sebesar US$495 juta atau 49,5 persen dari dana suntikan CDB.
Adalah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk perseroan yang pada September tahun lalu disuntik pinjaman oleh CDB, masing-masing senilai US$ 1 miliar dengan tenor 10 tahun.
"Kami sudah salurkan seluruhnya US$1 miliar, dan yang kami lakukan adalah refinancing. Jadi dalam waktu singkat penerapannya bisa maksimal," jelas Achmad Baiquni di hadapan Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Senin (14/3).
Lebih lanjut, ia menyebutkan sebanyak US$442,3 juta atau 44,2 persen dari dana pinjaman bank China itu disalurkan untuk sektor manufaktur. Sementara itu, 38,3 persen dana pinjaman untuk BNI disalurkan untuk sektor listrik, gas, dan air bersih.
Namun, Achmad mengatakan pinjaman-pinjaman ini disalurkan dalam denominasi rupiah kepada nasabah karena BNI tidak memiliki dolar AS yang cukup ketika penyaluran berlangsung. Kendati demikian, ia menjamin jika dikonversi nilai kredit yang disalurkan tetap senilai US$1 miliar.
"Pada waktu masa peminjaman, nasabah kami membutuhkan dolar AS, namun pada saat itu dolar AS kami tidak memadai sehingga kami konversi terlebih dahulu," tuturnya.
Dari dana pinjaman CDB yang dikonversi ke rupiah menjadi Rp13,35 triliun itu, BNI baru merealisasikan penyaluran baki debit (outstanding) sebesar Rp3,72 triliun atau sebesar 27,86 persen dari jumlah tersebut. Sementara itu, sebanyak sembilan nasabah belum menarik pinjaman kendati telah dipilih oleh BNI untuk menggunakan dana tersebut.
Ke-sembilan perusahaan tersebut adalah PT Semen Indonesia Tbk, PT PANN Pembiayaan Maritim (Persero), PT Sinar Tambang Arthalestari, Wintermare Offshore Marine, Citra Citi Pacific, PT Kartanegara Energi Perkasa, PT Rayon Utama Makmur, PT Lontar Papyrus Pulp and Paper, dan Total Prima Makmur.
Dari seluruh perusahaan tersebut, PT Pindo Deli menerima pinjaman terbesar dari BRI yakni senilai US$221 juta, disusul kemudian oleh Krakatau Steel sebesar US$110 juta.
Pinjaman
tersebut diberikan bagi tiga perusahaan, yaitu Saka Energy Indonesia
(US$ 100 juta), PT Medco E&P Tomori Sulawesi (US$ 50 juta), dan PT
Medco Energy International Tbk (US$ 345 juta).
Sumber: cnnindonesia.com