TOKOH-TOKOH MASYARAKAT BALI TOLAK PERNIKAHAN SEJENIS

Denpasar – Ketua Badan
Pengurus Daerah Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (BPD PHRI)
Bali, Dr Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati Msi mengatakan, pihaknya
sudah mendengar kabar kalau beberapa waktu lalu mengenai ada pasangan
sejenis yang sempat melangsungkan pernikahan di Ubud, Gianyar, Bali.
Peristiwa tersebut dimuat di media sosial sehingga membuat geger
masyarakat baik di Bali maupun luar Bali.
“Saya menilai hal itu adalah bentuk dari sebuah persaingan kreativitas antarmanajemen hotel. Namun sayangnya, kreativitas tersebut sampai melabrak norma dan adat yang berlaku," ujar Ardana Sukawati yang juga tokoh Puri Ubud dan mantan Bupati Gianyar saat dikonfirmasi SP, Jumat (17/9).
Menurutnya, hal itu bisa terjadi karena dipacu dari persaingan kreativitas namun justru melabrak norma dan adat yang kita usung dan segala macam cara ditempuh. Ia mengimbau pelaku dunia wisata tetap menjaga nilai sekalipun pariwisata mengalami penurunan. Pihaknyapun minta agar pemerintah mengambil tindakan tegas terhdap kejadian tersebut.
Ardana Sukawati yang akrab disapa Cok Ace ini menyampaikan kejadian itu tidak hanya melabrak norma, budaya dan adat, namun juga berdampak terhadap citra pariwisata Bali. "Saya sangat menyayangkan ini. Pariwisata juga akan dirugikan kalau idenya datang dari manajemen. Agar tidak merusak citra wisata jangan lagi terjadi hal yang menyangkut ke ranah-ranah sensitif. Pemerintah harus melakukan tindakan tegas," tuturnya.
Sementara itu Ketua Majelis Madya Desa Pekraman Gianyar, Anak Agung Gede Alit Asmara belum bisa memberikan informasi ihwal kebenaran kabar ini. Untuk mengantisipasi hal tersebut, pihaknya langsung bergerak cepat. "Iya, saya dengar tadi. Tapi belum bisa dipastikan kebenarannya sejauh mana," ujarnya.
Kendati belum diketahui siapa dan dimana lokasi pengambilan gambar tersebut secara pasti, namun pihaknya sudah melaksanakan koordinasi lewat Majelis Alit Desa Pekraman di kecamatan yang membawahi 32 desa adat di Ubud. "Kami sudah koordinasi dengan cek lewat majelis yamg ada di kecamatan. Dan memang belum ada informasi tentang itu," tuturnya.
Ia meyakini jika sebelumnya ada pemberitahuan, maka pihak desa pekraman manapun di Gianyar tidak akan memberikan izin atas keberlangsungan acara tersebut. Asmara pun menyayangkan jika acara pernikahan sesama jenis itu benar berlangsung di Gianyar.
Dikatakan lebih jauh, perkawinan pada dasarnya adalah adat, kebudayaan dan norma yang diusung oleh krama setempat. "Ini sudah tidak sesuai dengan norma dan adat. Perkawinan itu sakral, untuk mencari keturunan. Kalau sesama jenis, apa manfaatnya," tandasnya.
Sementara itu Si pemilik akun menuliskan bahwa itu adalah peristiwa penting dalam hidupnya. Dalam foto-foto di akun itu terlihat ada seseorang yang berkostum serba putih mirip pemangku yang menjadi saksi pernikahan pasangan sejenis itu.
Dalam foto pertama, terlihat seorang pria yang kemungkinan besar adalah seorang warga negara asing berdiri di sebuah pelataran yang dikelilingi kolam. Pria itu mengenakan pakaian tradisional semacam beskap dan bawahan berupa kain berwarna biru serta mengenakan kalung rangkaian bunga.
Sementara itu, di hadapannya, seorang pria lain dengan pakaian serupa tengah berlutut di hadapan sepasang suami istri berusia lanjut yang kemungkinan adalah orangtua pria tersebut. Di foto kedua, terlihat kedua pria tersebut berpose mesra, berpegangan tangan, dan saling menempelkan dahi mereka.
Foto-foto itu juga disertai komentar yang isinya adalah ucapan selamat untuk pasangan yang tengah berbahagia dan diakhiri dengan tagar.
Sumber: beritasatu.com
“Saya menilai hal itu adalah bentuk dari sebuah persaingan kreativitas antarmanajemen hotel. Namun sayangnya, kreativitas tersebut sampai melabrak norma dan adat yang berlaku," ujar Ardana Sukawati yang juga tokoh Puri Ubud dan mantan Bupati Gianyar saat dikonfirmasi SP, Jumat (17/9).
Menurutnya, hal itu bisa terjadi karena dipacu dari persaingan kreativitas namun justru melabrak norma dan adat yang kita usung dan segala macam cara ditempuh. Ia mengimbau pelaku dunia wisata tetap menjaga nilai sekalipun pariwisata mengalami penurunan. Pihaknyapun minta agar pemerintah mengambil tindakan tegas terhdap kejadian tersebut.
Ardana Sukawati yang akrab disapa Cok Ace ini menyampaikan kejadian itu tidak hanya melabrak norma, budaya dan adat, namun juga berdampak terhadap citra pariwisata Bali. "Saya sangat menyayangkan ini. Pariwisata juga akan dirugikan kalau idenya datang dari manajemen. Agar tidak merusak citra wisata jangan lagi terjadi hal yang menyangkut ke ranah-ranah sensitif. Pemerintah harus melakukan tindakan tegas," tuturnya.
Sementara itu Ketua Majelis Madya Desa Pekraman Gianyar, Anak Agung Gede Alit Asmara belum bisa memberikan informasi ihwal kebenaran kabar ini. Untuk mengantisipasi hal tersebut, pihaknya langsung bergerak cepat. "Iya, saya dengar tadi. Tapi belum bisa dipastikan kebenarannya sejauh mana," ujarnya.
Kendati belum diketahui siapa dan dimana lokasi pengambilan gambar tersebut secara pasti, namun pihaknya sudah melaksanakan koordinasi lewat Majelis Alit Desa Pekraman di kecamatan yang membawahi 32 desa adat di Ubud. "Kami sudah koordinasi dengan cek lewat majelis yamg ada di kecamatan. Dan memang belum ada informasi tentang itu," tuturnya.
Ia meyakini jika sebelumnya ada pemberitahuan, maka pihak desa pekraman manapun di Gianyar tidak akan memberikan izin atas keberlangsungan acara tersebut. Asmara pun menyayangkan jika acara pernikahan sesama jenis itu benar berlangsung di Gianyar.
Dikatakan lebih jauh, perkawinan pada dasarnya adalah adat, kebudayaan dan norma yang diusung oleh krama setempat. "Ini sudah tidak sesuai dengan norma dan adat. Perkawinan itu sakral, untuk mencari keturunan. Kalau sesama jenis, apa manfaatnya," tandasnya.
Sementara itu Si pemilik akun menuliskan bahwa itu adalah peristiwa penting dalam hidupnya. Dalam foto-foto di akun itu terlihat ada seseorang yang berkostum serba putih mirip pemangku yang menjadi saksi pernikahan pasangan sejenis itu.
Dalam foto pertama, terlihat seorang pria yang kemungkinan besar adalah seorang warga negara asing berdiri di sebuah pelataran yang dikelilingi kolam. Pria itu mengenakan pakaian tradisional semacam beskap dan bawahan berupa kain berwarna biru serta mengenakan kalung rangkaian bunga.
Sementara itu, di hadapannya, seorang pria lain dengan pakaian serupa tengah berlutut di hadapan sepasang suami istri berusia lanjut yang kemungkinan adalah orangtua pria tersebut. Di foto kedua, terlihat kedua pria tersebut berpose mesra, berpegangan tangan, dan saling menempelkan dahi mereka.
Foto-foto itu juga disertai komentar yang isinya adalah ucapan selamat untuk pasangan yang tengah berbahagia dan diakhiri dengan tagar.
Sumber: beritasatu.com