PRESIDEN SINODE GIDI MINTA MAAF KEPADA UMAT MUSLIM

Presiden
Sinode Gereja Injili di Indonesia (GIDI) Dorman Wandikmbo meminta maaf kepada
seluruh umat Muslim di Indonesia atas insiden yang terjadi di kabupaten
Tolikara, Papua, pada Jumat (17/7). Dalam siaran persnya, Dorman menilai
"Saya
telah menasihati umat saya agar tidak melarang umat apapun, termasuk saudara
Muslim untuk melangsungkan ibadah. Namun, ibadah harus dilangsungkan di dalam
koridor hukum wilayah tersebut, dan juga mematuhi surat yang dikeluarkan demi
keamanan dan ketertiban masyarakat," katanya.
Ia
juga meminta kapolri dan panglima TNI segera mengusut tuntas insiden penembakan
terhadap 12 warga gereja, yang menyebabkan satu anak usia sekolah meninggal
dunia."Ini merupakan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) berat, karena
menggunakan alat negara untuk menghadapi pemuda-pemuda usia sekolah yang tak
datang untuk melakukan perlawanan atau peperangan," tambahnya.
Dorman
juga menampik dugaan pembakaran musala secara sengaja oleh GIDI. Dirinya
menjelaskan bahwa kemarin sekitar pukul 08.30 WIT, beberapa pemuda gereja
memang mendatangi umat Islam yang akan melangsungkan Salat Id dengan maksud
memberitahukan peraturan daerah Kabupaten Tolikara serta surat resmi gereja.
Peraturan
tersebut menyatakan bahwa ibadah Salat Id tetap boleh dilaksanakan tetapi tanpa
menggunakan pengeras suara karena dinilai dapat mengganggu jalannya seminar
internasional yang lokasinya sekitar 250 meter dari lokasi ibadah. "Para
pemuda juga ingin menanyakan surat resmi Gereja yang pernah dikirimkan kepada Kepala
Kepolisian (Kapolres) Tolikara, Ajun Komisaris Besar Suroso, sejak dua minggu
sebelum kegiatan seminar maupun Idul Fitri dimulai," katanya.
Surat
resmi tersebut berbunyi, "Mengingat akan diselenggarakannya Seminar dan
Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) Injili Pemuda Tingkat Pusat bertaraf
Nasional/Internasional pada tanggal 15-20 Juli 2015, maka diminta kepada pihak
muslim agar tidak melakukan kegiatan peribadatan di lapangan terbuka; tidak
menggunakan pengeras suara dan ibadahnya cukup dilakukan di dalam musala atau
ruangan tertutup.”
Dua
minggu sebelum pelaksanaan kegiatan ibadah, Dorman mengatakan telah mendapat
konfirmasi langsung dari kapolres Tolikara tentang tanggapan positif surat
gereja yang dikirimkan kepadanya. Surat tersebut, kata Dorman, akan
ditindaklanjuti pihak kepolisian dengan memberitahukan kepada ratusan umat
Islam untuk melangsungkan ibadah di dalam ruang musala dan tidak menggunakan
pengeras suara.
Namun,
Dorman menilai sosialisasi yang dijanjikan ternyata sangat minim dan tidak sampai
ke warga Islam yang hendak menjalankan ibadah. Para pemuda GIDI kemudian datang
untuk menyampaikan aturan tersebut. "Saat hendak menyampaikan aspirasi itu
di depan umum, secara tertib tiba-tiba seorang pemuda tertembak timah panas
tanpa ada perlawanan. Pihak aparat juga melakukan penembakan bertubi-tubi dan
mengakibatkan 12 orang pemuda terkena peluru," kata Dorman
Selanjutnya,
Dorman menjelaskan masyarakat tidak terima dengan penembakan tersebut dan
langsung melakukan pembakaran terhadap beberapa kios yang merembet hingga
membakar musala dan rumah warga.
Sumber : Jawaban.com